- Get link
- X
- Other Apps
POSTINGAN UNGGULAN
- Get link
- X
- Other Apps
Kepekaan hati |
Kepekaan hati
- Pada suatu
hari ada sekelompok pemuda telah datang ke Rasulullah SAW dan menetap 20 hari
dan 20 malam di Masjid Nabawi untuk belajar. Lama meninggalkan kerabat, para
pemuda itu perlahan-lahan mulai muncul rasa rindu bersama dan bertemu dengan orang
yang mereka cintai.
Perasaan ini
juga terlihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Kondisi ini dibaca
dengan baik oleh Rasulullah yang terkenal sebagai orang yang lembut dan penuh
kasih sayang serta memiliki kepekaan hati yang luar biasa. Rasul
memerintahkan mereka untuk segera pulang dan membagikan pengetahuan yang mereka
dapatkan selama mereka belajar.
Demikianlah,
kata Shaykh Mustafa al-Adawi dalam bukunya yang berjudul Fiqh al-Akhlak wa
al-Mu'amalat Ma'a al-Mu'minin, manusia memiliki perasaan dan kepekaan yang penting
untuk dibaca dan dijaga dengan baik. Membaca perasaan bisa dicapai dengan
menangkap bahasa tubuh yang dimaksud. Dengan demikian, kasus yang kurang
menyenangkan karena ketidakpekaan selama interaksi dapat dihindari.
Seringkali
saat kita nongkrong atau berbincang-bincang dengan orang, kita kurang
memperhatikan perasaan orang lain. Berbicara terlalu larut, memaksakan
kehendak, dan penggunaan bahasa yang entah disadari atau tidak, kita sering
menyakiti perasaan orang lain. Contoh di atas menunjukkan bagaimana Rasul yang
jeli dan sensitif menangkap perasaan para pemuda yang merindukan keluarga
mereka.
Rasul adalah
orang yang sensitif dan peka dalam membaca perasaan dan karakter seseorang. Ini
digunakan sebagai referensi untuk berinteraksi dengan sesesorang sesuai dengan
latar belakang masing-masing. Perhatikan, misalnya, sikap yang ditunjukkan
Rasul kepada Utsman bin Affan yang dikenal pemalu di antara teman-temannya.
Seperti yang
pernah dikatakan Aisha. Abu Bakar pernah menghadap Rasul, ketika Rasul hanya
mengenakan setelan kain wol sambil berbaring santai. Tanpa ragu, ayah Aisyah
mengungkapkan niatnya untuk datang ke menantu laki-lakinya. Pemandangan yang
sama terlihat ketika Rasul menerima kunjungan Umar bin Khatab. Ketika, giliran
Utsman, Rasul meminta Aisha untuk membersihkan dan menyiapkan pakaian yang
lebih baik.
Aisha
tercengang, mengapa penerimaan selamat datang Usman begitu istimewa? sementara
dua tamu sebelumnya hanya diperlakukan sederhana. Rasul menjawab bahwa Utsman
adalah sosok pemalu, jika tidak disambut sedemikian rupa, ia mungkin tidak
berani menyampaikan uneg-uneg-nya. Suatu bentuk sensitif dari menghargai
perasaan orang lain, Rasul tidak pernah menjatuhkan martabat dan perasaan
seseorang di depan umum, bahkan jika orang itu bersalah. Suatu kali, Rasul
pernah membuat barang, lalu dijual dengan murah.
Sekelompok
orang mencemooh tindakan Rasul. Saat berkotbah, Rasul memarahi tindakan yang
dianggap membahayakan perasaan itu. Tapi, tidak menyebut nama pelakunya,
apalagi menjelekkan mereka di depan khalayak umum. Cukup panggil "ma balu
aqwam", apa yang ada di bumi yang menimpa orang-orang, begitu kata Nabi. Itulah
bukti bahwa Rasul memiliki kepekaan hati yang sangat luar biasa, dan
patut kita jadikan inspirasi untuk koreksi diri. semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment