POSTINGAN UNGGULAN

Kepekaan Hati Rasulullah yang Sangat Menginspirasi

Kepekaan hati


Kepekaan hati - Pada suatu hari ada sekelompok pemuda telah datang ke Rasulullah SAW dan menetap 20 hari dan 20 malam di Masjid Nabawi untuk belajar. Lama meninggalkan kerabat, para pemuda itu perlahan-lahan mulai muncul rasa rindu bersama dan bertemu dengan orang yang mereka cintai.

Perasaan ini juga terlihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Kondisi ini dibaca dengan baik oleh Rasulullah yang terkenal sebagai orang yang lembut dan penuh kasih sayang serta memiliki kepekaan hati yang luar biasa. Rasul memerintahkan mereka untuk segera pulang dan membagikan pengetahuan yang mereka dapatkan selama mereka belajar.

Demikianlah, kata Shaykh Mustafa al-Adawi dalam bukunya yang berjudul Fiqh al-Akhlak wa al-Mu'amalat Ma'a al-Mu'minin, manusia memiliki perasaan dan kepekaan yang penting untuk dibaca dan dijaga dengan baik. Membaca perasaan bisa dicapai dengan menangkap bahasa tubuh yang dimaksud. Dengan demikian, kasus yang kurang menyenangkan karena ketidakpekaan selama interaksi dapat dihindari.

Seringkali saat kita nongkrong atau berbincang-bincang dengan orang, kita kurang memperhatikan perasaan orang lain. Berbicara terlalu larut, memaksakan kehendak, dan penggunaan bahasa yang entah disadari atau tidak, kita sering menyakiti perasaan orang lain. Contoh di atas menunjukkan bagaimana Rasul yang jeli dan sensitif menangkap perasaan para pemuda yang merindukan keluarga mereka.

Rasul adalah orang yang sensitif dan peka dalam membaca perasaan dan karakter seseorang. Ini digunakan sebagai referensi untuk berinteraksi dengan sesesorang sesuai dengan latar belakang masing-masing. Perhatikan, misalnya, sikap yang ditunjukkan Rasul kepada Utsman bin Affan yang dikenal pemalu di antara teman-temannya.

Seperti yang pernah dikatakan Aisha. Abu Bakar pernah menghadap Rasul, ketika Rasul hanya mengenakan setelan kain wol sambil berbaring santai. Tanpa ragu, ayah Aisyah mengungkapkan niatnya untuk datang ke menantu laki-lakinya. Pemandangan yang sama terlihat ketika Rasul menerima kunjungan Umar bin Khatab. Ketika, giliran Utsman, Rasul meminta Aisha untuk membersihkan dan menyiapkan pakaian yang lebih baik.

Aisha tercengang, mengapa penerimaan selamat datang Usman begitu istimewa? sementara dua tamu sebelumnya hanya diperlakukan sederhana. Rasul menjawab bahwa Utsman adalah sosok pemalu, jika tidak disambut sedemikian rupa, ia mungkin tidak berani menyampaikan uneg-uneg-nya. Suatu bentuk sensitif dari menghargai perasaan orang lain, Rasul tidak pernah menjatuhkan martabat dan perasaan seseorang di depan umum, bahkan jika orang itu bersalah. Suatu kali, Rasul pernah membuat barang, lalu dijual dengan murah.

Sekelompok orang mencemooh tindakan Rasul. Saat berkotbah, Rasul memarahi tindakan yang dianggap membahayakan perasaan itu. Tapi, tidak menyebut nama pelakunya, apalagi menjelekkan mereka di depan khalayak umum. Cukup panggil "ma balu aqwam", apa yang ada di bumi yang menimpa orang-orang, begitu kata Nabi. Itulah bukti bahwa Rasul memiliki kepekaan hati yang sangat luar biasa, dan patut kita jadikan inspirasi untuk koreksi diri. semoga bermanfaat.

Comments