POSTINGAN UNGGULAN

Memperkuat Identitas Nasional Melalui Peringatan Hari Pendidikan Nasional

Hari Pendidikan Nasional


Setiap 2 Mei, rakyat Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Peringatan ini, seperti banyak peringatan nasional lainnya, telah menjadi semacam ritual tahunan lengkap dengan berbagai atribut. Biasanya selain upacara bendera di kantor-kantor pemerintah, juga menggemakan tema yang berkaitan dengan hari nasional. Tema tahun ini adalah “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan". Berbagai surat kabar sibuk meliput berita ini. Pada saat yang sama, tulisan-tulisan tentang pendidikan nasional sibuk menghiasi media massa, baik cetak maupun virtual.

Sayangnya walaupun ada puluhan dan mungkin ratusan tulisan pemikiran pendidikan nasional ,b berputar pada pembahasan itu-itu saja. Secara umum tulisan-tulisan mengangkat kisah hidup pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara (yang ulang tahunnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional) bersama dengan pemikiran dan upayanya untuk menjalankan pendidikan melalui Taman Siswa. Tetapi sebagian besar ulasan singkat, tidak mendalam, tidak reflektif, dan tidak memiliki banyak dampak pada kehidupan bangsa.

Ambil contoh keputusan penting yang dibuat oleh Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (nama kelahiran Ki Hajar Dewantara) untuk meninggalkan kedudukannya sebagai bangsawan. Ini sangat berbeda dari apa yang cenderung ditulis oleh banyak akademisi kita saat ini.

Selain itu, jarang ada pemikiran baru dan segar untuk memajukan pendidikan nasional kita di seputar Pendidikan Nasional. Apalagi praktik pendidikan yang inovatif benar-benar mendidik kehidupan berbangsa dan bernegara. Biasanya setelah 2 Mei, upacara selesai, liputan koran berhenti, kita kembali ke keadaan semula, sibuk dengan rutinitas harian. Bangsa Indonesia pun perlahan akan melupakan masalah serius pendidikan nasional. Ini biasanya berlanjut sampai peringatan hari nasional berikutnya.

Jika dampak peringatan Hari Pendidikan Nasional hanyalah ritual simbolik daripada diskusi serius dan diskusi kritis yang berisi pendidikan nasional kita, bagaimana kita harus memahami Hari Pendidikan Nasional?

Jika kita jujur, Hari Pendidikan Nasional sebenarnya ditetapkan dan diperingati untuk memperkuat identitas nasional atau keindonesiaan kita, bukan untuk meninjau pendidikan nasional secara mendalam. Ini karena banyak keputusan pemerintah mengenai hari-hari nasional dipicu untuk menghargai kontribusi berharga dari individu-individu yang telah berkontribusi pada bangsa atau untuk memperingati momen bersejarah. Peringatan hari nasional seperti Hari Pendidikan Nasional sebenarnya diadakan untuk memperkuat identitas nasional.

Dari Sabang hingga Merauke dan dari Pulau Miangas ke Pulau Rote, orang Indonesia sadar akan hari pendidikan nasional yang berarti 2 Mei. Untuk sesaat, perhatian kami tertuju pada berita tentang Hari Pendidikan Nasional di surat kabar, televisi, dan internet. Berbagai tulisan yang muncul mengingatkan kita pada tokoh sejarah Ki Hajar Dewantara yang pernah mengabdikan diri untuk memperjuangkan pendidikan nasional yang lebih adil bagi rakyat Indonesia, bukan hanya untuk kalangan elit. Dengan memperingati Hari Pendidikan Nasional secara kolektif, sikap kebangsaan kita akan terbangun dan terjaga.

Menanamkan dan memelihara rasa kebangsaan tentu saja penting dan perlu. Namun, jika kita benar-benar ingin membahas secara substantif tentang pendidikan nasional, kita benar-benar tidak memerlukan Hardiknas untuk melakukan hal ini. Setiap kali kita harus memikirkan dan mendiskusikan hal ini. Namun, karena ada Hari Pendidikan Nasional, sayangnya orang Indonesia merasa terlena. Berpikir seolah-olah hanya perlu satu hari tertentu saja disetiap tahun untuk memikirkan masalah pendidikan nasional. Hasilnya adalah sangat sedikit pemikiran dan praktik inovatif yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia untuk memajukan sistem pendidikan nasional ke arah yang lebih baik.

Comments